Selasa, 10 Desember 2013

Case Based Learning



CASE BASED LEARNING
1.        Latar Belakang
Sistem pendidikan dikatakan berkualitas jika proses pembelajarannya berlangsung secara menarik   dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang berkualitas akan membuahkan hasil pendidikan yang berkualitas juga. Menurut Harsanto (2007), dalam dunia pendidikan di sekolah, proses pembelajaran yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang yang memberi perubahan atas hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Proses pembelajaran berkaitan erat dengan model pembelajaran. Joyce (dalam Trianto, 2007) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran di kelas. Upaya memperbaiki proses pembelajaran diperlukan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Bahkan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang menghendaki adanya perubahan paradigma dalam pembelajaran, dengan demikian model-model pembelajaran turut mengalami perubahan.
Perubahan itu antara lain ditandai dengan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered); dimana guru dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan dan siswa hanya sebagai obyek yang hanya sebagai penerima pengetahuan, beralih ke berpusat pada siswa (student centered); yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan siswa secara penuh. Dengan pendekatan ini siswa memperoleh pengalaman dan membangun pengetahuannya sendiri, dan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan model ini siswa dapat melatih kemandirian sehingga dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
Perubahan tersebut juga berkaitan erat dengan teori belajar modern yaitu konstruktivisme. Menurut teori ini bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Ada beberapa model pembelajaran yang terkait dengan konstruktivisme, salah satunya adalah pembelajaran berbasis kasus (case based learning). Menurut Kolodner dan Guzdial (http://books.google.com /books?hl=en&lr=&id=FOL0vyoDq5QC&oi=fnd&pg=PA215&dq= oliver+ -+case+based+learning&ots/) model ini secara umum terkait dengan konstruktivisme dimana siswa membangun pengetahuannya dari pengalaman nyata melalui kasus.
Case based learning sudah digunakan di sekolah hukum dan sekolah bisnis pada awal tahun 1900-an. Model ini menekankan pada kasus, dimana dari kasus ini siswa dapat mendiskusikan, mendebat, dan mengambil kesimpulan. Belajar dari kasus dapat memperoleh pengalaman bermanfaat yang dapat digunakan di kemudian hari.

2.    Rumusan Masalah
                 Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1.       Apakah Case Based Learning atau pembelajaran berbasis kasus merupakan model pembelajaran modern dan inovatif?
2.      “Bagaimana penerapan Case Based Learning dalam inovasi pembelajaran?”

3.    Tujuan Penulisan
                 Tujuan penulisan adalah:
1.      Mengetahui Case Based Learning atau pembelajaran berbasis kasus sebagai pembelajaran modern dan inovatif.
2.      Mengetahui penerapan Case Based Learning atau pembelajaran berbasis kasus dalam kegiatan belajar mengajar.


PEMBAHASAN

1.    Landasan Teoretis Model
                        Pembelajaran berbasis kasus (case based learning) telah digunakan di sekolah hukum dan sekolah bisnis sejak awal 1900-an. Dalam model ini, kasus dipresentasikan oleh siswa yang berupa cerita atau narasi tentang kejadian yang diduga terjadi. Kasus sendiri adalah cerita atau garis besar cerita yang dibaca atau dieksplorasi oleh siswa secara interaktif. Kasus dicari konklusinya, atau kasus didiskusikan atau menjadi bahan perdebatan yang dinamis. Dari kasus ini siswa dapat mengambil pelajaran yang menguntungkan (http://www.edtech.vt.edu/ edtech /id/ models/powerpoint/casebased.pdf).  
                        Kolodner dan Guzdial yang  lebih mengutamakan case based reasoning mengatakan bahwa case based reasoning menekankan pada intepretasi kasus dari pengalaman kita yang dapat kita gunakan pada situasi yang baru. Case based reasoning juga membantu kita memahami bagaimana mengembangkan pengalaman. Bagi siswa, model ini dapat menfasilitasi siswa sehingga lebih produktif dalam pelajarannya berdasar pengalamannya, serta dapat menggunakan pelajaran yang telah dipelajari dalam situasi tertentu. 
                        Case based reasoning mencakup tiga komponen yaitu: kasus, daftar/indeks kasus, dan proses kasus. Kasus merupakan interpretasi dari pengalaman. Kasus memiliki beberapa sub komponen yaitu seting, pelaku dan tujuan, urutan kejadian, hasil, dan keterangan yang menghubungkan hasil kepada tujuan dan maksud dari pencapaian tersebut.  Dari hal ini didapat lesson learned atau pelajaran yang dapat dipelajari dari kasus. Sedang daftar kasus berkaitan dengan bagaimana memori kita menyusun kasus tersebut sehingga ketika suatu waktu digunakan akan dengan mudah diterapkan. Daftar/indeks yang baik adalah ketika lesson learned digunakan sesuai dengan kasus dan situasinya. Untuk proses kasus berkaitan dengan mampu menginterpretasi situasi yang baru dengan kasus yang relevan yang pernah dihadapi, menggunakan kasus lama yang diingat, menerapkan lesson learned pada situasi baru, mencari alasan jika ada daftar kasus yang tidak bisa digunakan, menyusun pengalaman sebagai kasus dan memilih mana yang perlu,  menginterpretasi dan menyusun kembali lesson learned lama yang tidak berguna untuk ditata dijadikan sesuatu yang baru.
                        Menurut Williams (http://www.jephc.com/full_article.cfm? content_id=173) case base learning adalah kasus yang digunakan  untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Proses case base learning sebagai berikut:
1.      Membentuk kelompok kecil
2.      Menyusun narasi untuk dikembangkan pada inquiri dan diskusi
3.      Masalah dianalisa dan diformulasikan
4.      Penemuan diri dari informasi, data, literature, implikasi klinis
5.      Dukungan bukti, data, hasli laboratorium, dan informasi pasien diberikan sebagai permintaan dari guru
6.      Menduga jawaban yang potensial
7.      Mengumpulkan dan menyebarkan informasi yang baru

        
                   Schneider (http://edutechwiki.unige.ch/en/Case-based_learning)  mengatakan, pembelajaran berbasis kasus adalah model desain pembelajaran yang merupakan varian dari pembelajaran berorientasi proyek. Model ini popular dalam dunia bisnis dan sekolah hukum. Kasus adalah fakta, masalah yang kompleks ditulis untuk merangsang diskusi kelas dan menganalisa bersama. Pembelajaran kasus terjadi interaksi, berpusat pada siswa dan menggali situasi yang spesifik dan realistic. Siswa mempertimbangkan masalah dari sudutpandangannya pada yang dianalisa,dan berusaha memecahkan pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal yang benar.  
                 Sementara Joyce dan Weil (2011) mengutip Donald Oliver dan James Shaver yang mengembangkan pembelajaran berbasis kasus dengan penelitian hukum: belajar merespons kebijakan social. Menurut Joyce dan Weil,  Donald Oliver dan James Shaver menggagas suatu gaya penelitian hukum untuk membantu siswa belajar berpikir secara sistematis mengenai isu-isu kontemporer. Model ini mengharuskan siswa merumuskan isu-isu tersebut sebagai pertanyaan kebijakan publik dan menganalisis posisi alternatif mereka sendiri. Saat masyarakat sedang menjalani perubahan social dan cultural, model ini sangat penting. Jadi model ini melatih siswa untuk peka terhadap permasalahan social, mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahan tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid. Selain itu, model ini juga dapat mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai sikap orang lain terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada dirinya. Kunci utama keberhasilan model ini adalah melalui metode dialog Socrates (debat konfrontatif). Dalam model pengajarannya, tahap yang dilakukan adalah orientasi pada kasus, mengidentifikasi isu, mengambil sikap (posisi), mengeksplorasi sikap yang mendasari pengambilan posisi, memantapkan serta mengkualifikasi posisi, dan menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi.
                 Menurut Herreid Freeman (http://www.pitt.edu/~ciddeweb/faculty-development/FDS/casebase.html) , case based learning  adalah penggunaan pendekatan berbasis kasus yang melibatkan siswa dalam diskusi dari situasi yang spesifik dan contoh kejadian nyata di dunia. Metode ini berpusat pada siswa dan melibatkan secara intens interaksi antara peserta diskusi. Pembelajaran berbasis kasus focus pada membangun pengetahuan  dan kerja kelompok dalam menguji kasus. Peran guru sebagai fasilitator dan siswa terlibat dalam kasus untuk menganalisis menurut perspektifnya. Pembelajaran berbasis kasus melibatkan pembelajar yang  berusaha untuk memecahkan pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban tunggal yang benar. Ada sebelas aturan dasar untuk pembelajaran berbasis kasus yaitu:
1.      Menceritakan cerita
2.      Fokus pada isu yang muncul dan menarik
3.      Diatur kasusnya lima tahun terakhir
4.      Menciptakan empati dengan karakter terpusat
5.      Memasukkan kutipan. Tidak ada cara yang lebih baik untuk memahami situasi dan memperoleh empati untuk karakter.
6.      Sesuai dengan pembaca
7.      Harus memiliki kegunaan pedagogi
8.      Memprovokasi konflik
9.      Kekuatan keputusan
10.  Memiliki generalisasi
11.  Pendek.

       1.1.Ciri-ciri pembelajaran berbasis kasus
                 Ciri-ciri dari pembelajaran berbasis kasus menurut Scheider adalah:
1.      Berpusat pada siswa
2.      Terjadi kolaborasi dan kerjasama diantara siswa
3.      Mendiskusikan situasi yang spesifik, contoh di dunia nyata
4.      Tidak ada jawaban tunggal yang benar
    Yang terjadi pada siswa adalah:
1.      Siswa terlibat dengan keadaan dan karakter cerita
2.      Mengidentifikasi kasus seperti yang siswa terima
3.      Mengaitkan arti cerita ke dalam kehidupan mereka
4.      Menggunakan latar belakang prinsip dan pengetahuan yang dimiliki
5.      Memunculkan pendapat dan pertanyaan serta mempertahankan sikap
6.      Merumuskan strategi untuk menganalisa data dan menggunakan pemecahan yang mungkin
7.      Boleh tidak setuju tapi bisa juga kompromi
                 Yang terjadi pada guru adalah:
1.      Guru sebagai fasilitator
2.      Mendorong menggali kasus dan pertimbangan menurut sudut pandang keputusannya
                 Untuk kasus sendiri memiliki ciri:
1.      Berdasar fakta
2.      Kasus yang kompleks ditulis untuk mendorong diskusi kelas dan analisa secara kolaboratif
3.      Memunculkan interaksi, penggalian kasus berpusat pada siswa dari situasi yang spesifik dan realistic.
      
1.2.Tipe Kasus
          Bentuk kasus sangat dipengaruhi bagaimana siswa menggunakan. Adapun tipe kasus sebagai berikut:
1.      Luas, studi kasus yang detail
-     Sering digunakan di perkuliahan bisnis
-     Sering berpusat keputusan khusus, orang yang membuatnya, orang yang dipengaruhi olehnya, dan dampak keputusan pada semuanya
-     Sekitar 100 halaman atau lebih. Biasanya siswa membaca keseluruhan kasus secara individu dan menyiapkan analisis keputusan denga pertimbangan untuk perubahan. Kasus kemudian didiskusikan.
2.      Diskripsi, narasi kasus, bagian yang diberikan secara berturut-turut
-     Sampai 5 halaman
-     1 sampai 2 paragrap per halaman
-     Didesain untuk digunakan pada dua atau lebih pertemuan
-     Diberikan kepada siswa satu halaman pada waktu pertemuan, didiskusikan, dihipotesis dan pengembangan tujuan pembelajaran serta mempelajari setiap pertanyaan dari kasus.
-     Tujuan diberikan kepada siswa pada akhir kasus
-     Tipe kasus ini berasal dari dunia medis
3.      Kasus kecil (mini kasus)
-     Didesain untuk digunakan pada pertemuan satu kelas
-     Ketat dan focus
-     Berguna untuk membantu siswa menerapkan konsep, untuk mengenalkan penerapan praktis di laboratorium, atau sebagai latihan awal di laboratorium yang disusun untuk membuat pekerjaan di lab lebih berarti.
4.        Kasus yang berurutan
-     Dua atau tiga kalimat dengan poin pengajaran tunggal
-     Mirip dengan masalah secara umum yang digunakan pada ujian namun siswa mendiskusikan dalam kelompok kecil
5.      Studi kasus yang diarahkan
-     Kasus yang pendek yang diikuti dengan pertanyaan terarah tingkat tinggi
6.      Opsi pilihan yang ditetapkan (kasus pilihan berganda)
-     Merupakan variasi kasus yang berurutan di atas
-     Mini kasus dengan 4 sampai 5 pemecahan yang masuk akal. Siswa dalam kelompok harus memilih dan mempertahankan satu pemecahan
-     Berguna untuk kebijakan, etika, desain keputusan
-     Baiknya pendek dan digunakan di kelas
-     Pertanyaan pilihan berganda mungkin bisa diubah secara mudah di sini.

       1.3.Keuntungan Pembelajaran Berbasis Kasus
                   Keuntungan penggunaan pembelajaran berbasis kasus adalah:
1.      Siswa dapat memilih data yang factual, menerapkan peralatan analisa, mengungkapkan kasus (isu), merefleksikan pada pengalaman mereka yang relevan, dan menggunakan kasus yang mereka hubungkan dengan situasi yang baru.
2.      Siswa menerima pengetahuan sebenarnya dan mengembangkan analisa, berkolaborasi, dan trampil berkomunikasi
3.      Kasus menambah pengertian siswa dengan adanya kesempatan untuk melihat teori dalam prakteknya
4.      Siswa terlihat lebih terlibat, tertarik, dan melibatkan diri dalam pembelajaran
5.      Pembelajaran berbasis kasus mengembangkan ketrampilan siswa dalam pembelajaran kelompok, berbicara, dan berpikir kritis
6.      Karena kasus didasarkan pada masalah yang realistic dan sesuai dengan masanya, penggunaan kasus ini di kelas membuat pelajaran lebih relevan atau sesuai.   
    



2. Standar Operasional yang Baku
              3.1. Strategi pembelajaran berbasis kasus
              1. Format kasus
              Kasus dapat berupa kasus fakta yang ada endingnya, dimana kasus ini hanya untuk analisis. Ada juga kasus yang tanpa ending, dimana siswa harus memprediksi, membuat pilihan, dan menawarkan saran-saran yang akan mempengaruhi hasil diskusi. Kasus bisa juga berupa kasus fiksi yang ditulis oleh guru, bisa ada endingnya atau belum. Selain itu dapat dalam bentuk dokumen asli misalnya: artikel berita, laporan data statistic, rangkuman, kutipan penulisan sejarah, artefak, literature, rekaman video dan audio, etnografi, dll. Dokumen ini bisa ditampilkan dua jenis yang sama tema atau topiknya, sehingga merupakan strategi yang baik untuk memunculkan analisa dan sintesa, dan ini akan memunculkan banyak argumen yang menuntun pada konflik pendapat yang semakin kompleks.
      
 2. Tahap Pembelajaran
-  Membuat kelompok kecil dengan anggota 3-6 siswa.
- Menyusun narasi atau kasus yang mengarah pada siswa untuk dapat berpendapat, memutuskan, mempertimbangkan, memprediksi, atau hasil nyata yang lain. Jika memungkinkan, kelompok diminta berkonsensus dengan keputusan yang dikehendaki.
- Melaksanakan diskusi. Guru memberikan beberapa pertanyaan tertulis untuk menuntun diskusi kelompok. Memberikan perhatian penuh pada urutan pertanyaan. Pertanyaan awal bisa meminta siswa untuk mengamati tentang fakta dan kasus. Pertanyaan selanjutnya bisa meminta untuk membandingkan, membedakan, dan menganalisa pengamatan atau menduga. Pertanyaan akhir dapat meminta siswa untuk mengambil sikap atau posisi tehadap permasalahan atau kasus. Tujuan dari pertanyaan adalah untuk merangsang, menuntun atau mendorong siswa untuk mengobservasi dan menganalisis. Pertanyaan diusahakan tidak memunculkan jawaban ya atau tidak.
- Tanya jawab dan diskusi untuk membandingkan respon tiap kelompok. Membantu pemahaman dan interpretasi seluruh kelompok dalam mengimplikasi solusi.
-  Mempersilakan kelompok bekerja tanpa campur tangan guru.

Atau bisa juga dengan fase berikut (http://serc.carleton.edu/introgeo/html)
1.      Tahap 1. Menyikapi kasus: menganalisa kasus:
-          Memberikan kasus
-          Mencari isu potensial
-          Mengidentifikasi tema pokok
-          Membuat pertanyaan spesifik melalui apa yang ingin diketahui atau dibutuhkan untuk menganalisa apa yang akan atau ingin diketahui
2.      Tahap 2. Pemecahan masalah:menginvestigasi pertanyaan:
-          Memperoleh referensi tambahan
-          Menentukan permasalahan dengan berbagi pandangan dan kepedulian
-          Mendesain dan melakukan investigasi secara ilmiah
3.      Tahap 3. Mempengaruhi sesama anggota kelompok: mendukung metode dan alasannya.
-          Menghasilkan materi untuk mendukung pemahaman atas kesimpulan yang diambil

           Beberapa jenis pertanyaan yang dapat dibuat guru dalam menuntun siswa mempelajari kasus, antara lain:
-          Bagaimana dengan kasus ini – atau apa yang sesungguhnya kamu ketahui dari bacaan kasus ini ? (untuk membedakan antara fakta dan asumsi)
-          Isu-isu atau kasus-kasus apa saja yang ada? (kesempatan untuk menghubungkan dengan teori dalam bacaan)
-          Pertanyaan apa yang anda miliki – atau informasi apa yang masih anda perlukan? Dimana atau bagaimana anda mendapatkannya?
-          Kasus apa yang perlu dipecahkan? (kesempatan untuk berdiskusi tentang komunikasi dengan konflik, asumsi, dan argument).
-          Apa semua menjadi pilihan yang mungkin? Pro atau kontra apa dari pilihan itu?
-          Asumsi apa yang mendasari yang ada di kasus itu – dimana kamu menemukan itu?
-          Kriteria apa yang anda gunakan saat memilih opsi? Itu berarti apa bagi asumsimu?
-           
3.2.Teknik Penilaian dan Evaluasi
                             Teknik penilaian dan evaluasi model pembelajaran berbasis kasus adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil pekerjaan mereka dan penilaian kinerja menggunakan lembar observasi.  Atau dapat juga dengan lembar penilaian berikut:
Tabel 1. Lembar Penilaian
No
Jenis
Skor maksimal
1
Partisipasi dan kontribusi kerja dalam kelompok
15
2
Mengidentifikasi kasus
10
3
Mengembangkan pertanyaan dan investigasi
15
4
Menggunakan sumber yang relevan
10
5
Memproduksi hasil
20
6
Presentasi
30

Jumlah
100

                 3.3.Kekurangan Pembelajaran berbasis kasus
                 Kekurangan pembelajaran berbasis kasus antara lain: dibutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mendesain dan mengembangkan kasus yang berkualitas, khususnya kasus yang berkaitan dengan teknologi dan multimedia. Yang lain adalah, perlu untuk mengumpulkan dan memberikan kepada siswa sumber-sumber yang cukup untuk memahami kasus yang dipelajari, serta mengingat pembelajaran model ini termasuk tingkat tinggi, maka bila digunakan perlu mempertimbangkan bobot kasusnya.


PENUTUP

1.      Kesimpulan
                        Dari pembahasan pembelajaran berbasis kasus dapat disimpulkan:
1.      Pembelajaran berbasis kasus merupakan pembelajaran dengan paradigma baru karena memiliki ciri berpusat pada siswa (student center), kontekstual, dan partisipatori.
2.      Pembelajaran berbasis kasus dapat sebagai inovasi pembelajaran karena dapat membuat suasana pembelajaran lebih menarik dan siswa membangun pengetahuannya sendiri (konstruktivisme) melalui kasus yang dipelajari.
3.      Pembelajaran berbasis kasus dapat diterapkan pada beberapa mata pelajaran dengan menyesuaikan kompetensi dasarnya.

2.      Saran
           Saran yang dapat diberikan dari penulisan ini adalah:
1.    Model pembelajaran berbasis kasus perlu pengembangan dan kreatifitas yang terus-menerus dalam penggunaannya.
2.    Perlu dikembangkan dalam pembuatan kasus agar lebih bervariatif dan menarik dalam pembelajaran.

 
DAFTAR PUSTAKA

Boeree, George C. 2010. Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogayakarta: Ar-ruzz Media
Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hill, Winfred S. 2011. Teori-teori Pembelajaran, Konsepsi, Komparasi dan Signifikasi. Bandung: Nusa Media
Isjoni dan Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Joyce dan Weil. 2011. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Schneider. http://edutechwiki.unige.ch/en/Case-based_learning, diunduh 29 Juli 2011
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
…….....….http://jte.sagepub.com/content/58/3/245.short d



Lampiran 1.

Lembar Analisa Kasus
(http://serc.carleton.edu/introgeo/html- Waterman, M. A. and Stanley, E. D.  2003.  ICBL Case Analysis Worksheet.)

1.      Mengenalkan isu potensial. Mendaftar batasan atau frase yang penting untuk memahami tentang kasus.

2.      Curah pendapat dan tanya jawab atau diskusi dengan anggota kelompok:
-          Kasusnya apa?
-          Apa tema utamanya?
Menjaga pertanyaan yang muncul agar tetap sejalur dengan kasus utama dengan  menggunakan table tahu/butuh untuk tahu di bawah ini

Apa yang sudah kita ketahui?
Apa yang masih kita butuhkan untuk mengetahui?











                Mengidentifikasi satu pertanyaan atau isu dari daftar butuh untuk tahu yang akan dieksplor oleh kelompok.

3.      Memperoleh referensi atau sumber tambahan untuk membantu menjawab atau menggali pertanyaan. Termasuk sumber bahan cetak, artikel, data, peta, atau interviu, dll.
Daftar 4 sumber yang berbeda yangdapat digunakan:

4.      Mendesain dan menggunakan investigasi ilmiah yang relevan dengan pertanyaan. Investigasi dapat di laboratorium, lapangan, atau pengalaman yang dibuat guru untuk seluruh kelas. Menjelaskan tujuannya.

5.      Menghasilkan materi yang mendukung pemahaman atas kesimpulan. Produk ini dapat dibuat dalam bentuk paper atau laporan ilmiah, poster, video, pamphlet, laporan konsultasi, bermain peran,wawancara, dll.

Jenis produk apa yang dihasilkan sebagai hasil dari investigasi terhadap identifikasi pertanyaan?