CASE BASED LEARNING
1.
Latar Belakang
Sistem
pendidikan dikatakan berkualitas jika proses pembelajarannya berlangsung secara
menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat
belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan
yang berkualitas akan membuahkan hasil pendidikan yang berkualitas juga.
Menurut Harsanto (2007), dalam dunia pendidikan di sekolah, proses pembelajaran
yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang yang memberi perubahan atas
hasil yang lebih baik dari sebelumnya.
Proses
pembelajaran berkaitan erat dengan model pembelajaran. Joyce (dalam Trianto,
2007) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran di kelas. Upaya
memperbaiki proses pembelajaran diperlukan berbagai model pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi pembelajaran. Perkembangan model pembelajaran dari waktu
ke waktu terus mengalami perubahan. Bahkan dengan berlakunya Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang menghendaki adanya perubahan paradigma dalam
pembelajaran, dengan demikian model-model pembelajaran turut mengalami
perubahan.
Perubahan
itu antara lain ditandai dengan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centered); dimana guru dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan dan
siswa hanya sebagai obyek yang hanya sebagai penerima pengetahuan, beralih ke
berpusat pada siswa (student centered); yaitu suatu pendekatan pembelajaran
yang dapat digunakan di kelas dengan melibatkan siswa secara penuh. Dengan
pendekatan ini siswa memperoleh pengalaman dan membangun pengetahuannya
sendiri, dan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan model ini siswa dapat melatih
kemandirian sehingga dapat belajar dari lingkungan kehidupannya.
Perubahan
tersebut juga berkaitan erat dengan teori belajar modern yaitu konstruktivisme.
Menurut teori ini bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa, tetapi juga siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.
Ada
beberapa model pembelajaran yang terkait dengan konstruktivisme, salah satunya
adalah pembelajaran berbasis kasus (case based learning). Menurut Kolodner dan
Guzdial (http://books.google.com
/books?hl=en&lr=&id=FOL0vyoDq5QC&oi=fnd&pg=PA215&dq=
oliver+ -+case+based+learning&ots/) model ini secara umum terkait dengan
konstruktivisme dimana siswa membangun pengetahuannya dari pengalaman nyata
melalui kasus.
Case
based learning sudah digunakan di sekolah hukum dan sekolah bisnis pada awal
tahun 1900-an. Model ini menekankan pada kasus, dimana dari kasus ini siswa
dapat mendiskusikan, mendebat, dan mengambil kesimpulan. Belajar dari kasus dapat
memperoleh pengalaman bermanfaat yang dapat digunakan di kemudian hari.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang,
maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah:
1.
Apakah
Case Based Learning atau pembelajaran berbasis kasus merupakan model
pembelajaran modern dan inovatif?
2.
“Bagaimana penerapan Case Based Learning
dalam inovasi pembelajaran?”
3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah:
1.
Mengetahui Case Based Learning atau
pembelajaran berbasis kasus sebagai pembelajaran modern dan inovatif.
2.
Mengetahui penerapan Case Based Learning
atau pembelajaran berbasis kasus dalam kegiatan belajar mengajar.
PEMBAHASAN
1. Landasan
Teoretis Model
Pembelajaran
berbasis kasus (case based learning) telah digunakan di sekolah hukum dan
sekolah bisnis sejak awal 1900-an. Dalam model ini, kasus dipresentasikan oleh
siswa yang berupa cerita atau narasi tentang kejadian yang diduga terjadi. Kasus
sendiri adalah cerita atau garis besar cerita yang dibaca atau dieksplorasi
oleh siswa secara interaktif. Kasus dicari konklusinya, atau kasus didiskusikan
atau menjadi bahan perdebatan yang dinamis. Dari kasus ini siswa dapat mengambil
pelajaran yang menguntungkan (http://www.edtech.vt.edu/
edtech /id/ models/powerpoint/casebased.pdf).
Kolodner dan Guzdial yang lebih mengutamakan case based reasoning
mengatakan bahwa case based reasoning menekankan pada intepretasi kasus dari
pengalaman kita yang dapat kita gunakan pada situasi yang baru. Case based
reasoning juga membantu kita memahami bagaimana mengembangkan pengalaman. Bagi
siswa, model ini dapat menfasilitasi siswa sehingga lebih produktif dalam
pelajarannya berdasar pengalamannya, serta dapat menggunakan pelajaran yang
telah dipelajari dalam situasi tertentu.
Case based reasoning mencakup tiga komponen
yaitu: kasus, daftar/indeks kasus, dan proses kasus. Kasus merupakan
interpretasi dari pengalaman. Kasus memiliki beberapa sub komponen yaitu
seting, pelaku dan tujuan, urutan kejadian, hasil, dan keterangan yang
menghubungkan hasil kepada tujuan dan maksud dari pencapaian tersebut. Dari hal ini didapat lesson learned atau
pelajaran yang dapat dipelajari dari kasus. Sedang daftar kasus berkaitan
dengan bagaimana memori kita menyusun kasus tersebut sehingga ketika suatu
waktu digunakan akan dengan mudah diterapkan. Daftar/indeks yang baik adalah
ketika lesson learned digunakan sesuai dengan kasus dan situasinya. Untuk
proses kasus berkaitan dengan mampu menginterpretasi situasi yang baru dengan
kasus yang relevan yang pernah dihadapi, menggunakan kasus lama yang diingat,
menerapkan lesson learned pada situasi baru, mencari alasan jika ada daftar
kasus yang tidak bisa digunakan, menyusun pengalaman sebagai kasus dan memilih
mana yang perlu, menginterpretasi dan
menyusun kembali lesson learned lama yang tidak berguna untuk ditata dijadikan
sesuatu yang baru.
Menurut Williams (http://www.jephc.com/full_article.cfm?
content_id=173) case base learning adalah kasus yang
digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Proses case base learning sebagai berikut:
1.
Membentuk kelompok kecil
2.
Menyusun narasi untuk dikembangkan pada
inquiri dan diskusi
3.
Masalah dianalisa dan diformulasikan
4.
Penemuan diri dari informasi, data,
literature, implikasi klinis
5.
Dukungan bukti, data, hasli
laboratorium, dan informasi pasien diberikan sebagai permintaan dari guru
6.
Menduga jawaban yang potensial
7.
Mengumpulkan dan menyebarkan informasi
yang baru
Schneider (http://edutechwiki.unige.ch/en/Case-based_learning) mengatakan, pembelajaran berbasis kasus
adalah model desain pembelajaran yang merupakan varian dari pembelajaran
berorientasi proyek. Model ini popular dalam dunia bisnis dan sekolah hukum. Kasus
adalah fakta, masalah yang kompleks ditulis untuk merangsang diskusi kelas dan
menganalisa bersama. Pembelajaran kasus terjadi interaksi, berpusat pada siswa
dan menggali situasi yang spesifik dan realistic. Siswa mempertimbangkan
masalah dari sudutpandangannya pada yang dianalisa,dan berusaha memecahkan
pertanyaan yang tidak memiliki jawaban tunggal yang benar.
Sementara Joyce dan Weil (2011)
mengutip Donald Oliver dan James Shaver yang mengembangkan pembelajaran
berbasis kasus dengan penelitian hukum: belajar merespons kebijakan social.
Menurut Joyce dan Weil, Donald Oliver
dan James Shaver menggagas suatu gaya penelitian hukum untuk membantu siswa belajar
berpikir secara sistematis mengenai isu-isu kontemporer. Model ini mengharuskan
siswa merumuskan isu-isu tersebut sebagai pertanyaan kebijakan publik dan
menganalisis posisi alternatif mereka sendiri. Saat masyarakat sedang menjalani
perubahan social dan cultural, model ini sangat penting. Jadi model ini melatih
siswa untuk peka terhadap permasalahan social, mengambil posisi (sikap)
terhadap permasalahan tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan
argumentasi yang relevan dan valid. Selain itu, model ini juga dapat
mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai sikap orang lain
terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada
dirinya. Kunci utama keberhasilan model ini adalah melalui metode dialog
Socrates (debat konfrontatif). Dalam model pengajarannya, tahap yang dilakukan
adalah orientasi pada kasus, mengidentifikasi isu, mengambil sikap (posisi),
mengeksplorasi sikap yang mendasari pengambilan posisi, memantapkan serta
mengkualifikasi posisi, dan menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan
konsekuensi.
Menurut Herreid Freeman (http://www.pitt.edu/~ciddeweb/faculty-development/FDS/casebase.html)
, case based learning adalah penggunaan
pendekatan berbasis kasus yang melibatkan siswa dalam diskusi dari situasi yang
spesifik dan contoh kejadian nyata di dunia. Metode ini berpusat pada siswa dan
melibatkan secara intens interaksi antara peserta diskusi. Pembelajaran
berbasis kasus focus pada membangun pengetahuan
dan kerja kelompok dalam menguji kasus. Peran guru sebagai fasilitator
dan siswa terlibat dalam kasus untuk menganalisis menurut perspektifnya. Pembelajaran
berbasis kasus melibatkan pembelajar yang
berusaha untuk memecahkan pertanyaan yang tidak mempunyai jawaban
tunggal yang benar. Ada sebelas aturan dasar untuk pembelajaran berbasis kasus
yaitu:
1.
Menceritakan cerita
2.
Fokus pada isu yang muncul dan menarik
3.
Diatur kasusnya lima tahun terakhir
4.
Menciptakan empati dengan karakter
terpusat
5.
Memasukkan kutipan. Tidak ada cara yang
lebih baik untuk memahami situasi dan memperoleh empati untuk karakter.
6.
Sesuai dengan pembaca
7.
Harus memiliki kegunaan pedagogi
8.
Memprovokasi konflik
9.
Kekuatan keputusan
10.
Memiliki generalisasi
11.
Pendek.
1.1.Ciri-ciri
pembelajaran berbasis kasus
Ciri-ciri dari pembelajaran
berbasis kasus menurut Scheider adalah:
1.
Berpusat pada siswa
2.
Terjadi kolaborasi dan kerjasama
diantara siswa
3.
Mendiskusikan situasi yang spesifik,
contoh di dunia nyata
4.
Tidak ada jawaban tunggal yang benar
Yang terjadi pada siswa adalah:
1.
Siswa terlibat dengan keadaan dan
karakter cerita
2.
Mengidentifikasi kasus seperti yang
siswa terima
3.
Mengaitkan arti cerita ke dalam
kehidupan mereka
4.
Menggunakan latar belakang prinsip dan
pengetahuan yang dimiliki
5.
Memunculkan pendapat dan pertanyaan
serta mempertahankan sikap
6.
Merumuskan strategi untuk menganalisa
data dan menggunakan pemecahan yang mungkin
7.
Boleh tidak setuju tapi bisa juga
kompromi
Yang terjadi pada guru adalah:
1.
Guru sebagai fasilitator
2.
Mendorong menggali kasus dan pertimbangan
menurut sudut pandang keputusannya
Untuk kasus sendiri memiliki
ciri:
1.
Berdasar fakta
2.
Kasus yang kompleks ditulis untuk
mendorong diskusi kelas dan analisa secara kolaboratif
3.
Memunculkan interaksi, penggalian kasus
berpusat pada siswa dari situasi yang spesifik dan realistic.
1.2.Tipe Kasus
Bentuk
kasus sangat dipengaruhi bagaimana siswa menggunakan. Adapun tipe kasus sebagai
berikut:
1.
Luas, studi kasus yang detail
-
Sering digunakan di perkuliahan bisnis
-
Sering berpusat keputusan khusus, orang
yang membuatnya, orang yang dipengaruhi olehnya, dan dampak keputusan pada
semuanya
-
Sekitar 100 halaman atau lebih. Biasanya
siswa membaca keseluruhan kasus secara individu dan menyiapkan analisis keputusan
denga pertimbangan untuk perubahan. Kasus kemudian didiskusikan.
2.
Diskripsi, narasi kasus, bagian yang
diberikan secara berturut-turut
-
Sampai 5 halaman
-
1 sampai 2 paragrap per halaman
-
Didesain untuk digunakan pada dua atau
lebih pertemuan
-
Diberikan kepada siswa satu halaman pada
waktu pertemuan, didiskusikan, dihipotesis dan pengembangan tujuan pembelajaran
serta mempelajari setiap pertanyaan dari kasus.
-
Tujuan diberikan kepada siswa pada akhir
kasus
-
Tipe kasus ini berasal dari dunia medis
3.
Kasus kecil (mini kasus)
-
Didesain untuk digunakan pada pertemuan
satu kelas
-
Ketat dan focus
-
Berguna untuk membantu siswa menerapkan
konsep, untuk mengenalkan penerapan praktis di laboratorium, atau sebagai
latihan awal di laboratorium yang disusun untuk membuat pekerjaan di lab lebih
berarti.
4.
Kasus yang berurutan
-
Dua atau tiga kalimat dengan poin
pengajaran tunggal
- Mirip
dengan masalah secara umum yang digunakan pada ujian namun siswa mendiskusikan
dalam kelompok kecil
5.
Studi kasus yang diarahkan
-
Kasus yang pendek yang diikuti dengan
pertanyaan terarah tingkat tinggi
6.
Opsi pilihan yang ditetapkan (kasus
pilihan berganda)
-
Merupakan variasi kasus yang berurutan
di atas
-
Mini kasus dengan 4 sampai 5 pemecahan
yang masuk akal. Siswa dalam kelompok harus memilih dan mempertahankan satu
pemecahan
-
Berguna untuk kebijakan, etika, desain
keputusan
-
Baiknya pendek dan digunakan di kelas
-
Pertanyaan pilihan berganda mungkin bisa
diubah secara mudah di sini.
1.3.Keuntungan
Pembelajaran Berbasis Kasus
Keuntungan penggunaan pembelajaran
berbasis kasus adalah:
1.
Siswa dapat memilih data yang factual,
menerapkan peralatan analisa, mengungkapkan kasus (isu), merefleksikan pada
pengalaman mereka yang relevan, dan menggunakan kasus yang mereka hubungkan
dengan situasi yang baru.
2.
Siswa menerima pengetahuan sebenarnya
dan mengembangkan analisa, berkolaborasi, dan trampil berkomunikasi
3.
Kasus menambah pengertian siswa dengan
adanya kesempatan untuk melihat teori dalam prakteknya
4.
Siswa terlihat lebih terlibat, tertarik,
dan melibatkan diri dalam pembelajaran
5.
Pembelajaran berbasis kasus
mengembangkan ketrampilan siswa dalam pembelajaran kelompok, berbicara, dan
berpikir kritis
6.
Karena kasus didasarkan pada masalah
yang realistic dan sesuai dengan masanya, penggunaan kasus ini di kelas membuat
pelajaran lebih relevan atau sesuai.
2. Standar Operasional yang Baku
3.1. Strategi pembelajaran berbasis kasus
1. Format kasus
Kasus dapat berupa kasus fakta
yang ada endingnya, dimana kasus ini hanya untuk analisis. Ada juga kasus yang
tanpa ending, dimana siswa harus memprediksi, membuat pilihan, dan menawarkan
saran-saran yang akan mempengaruhi hasil diskusi. Kasus bisa juga berupa kasus
fiksi yang ditulis oleh guru, bisa ada endingnya atau belum. Selain itu dapat
dalam bentuk dokumen asli misalnya: artikel berita, laporan data statistic,
rangkuman, kutipan penulisan sejarah, artefak, literature, rekaman video dan
audio, etnografi, dll. Dokumen ini bisa ditampilkan dua jenis yang sama tema
atau topiknya, sehingga merupakan strategi yang baik untuk memunculkan analisa
dan sintesa, dan ini akan memunculkan banyak argumen yang menuntun pada konflik
pendapat yang semakin kompleks.
2. Tahap Pembelajaran
-
Membuat kelompok kecil dengan anggota
3-6 siswa.
-
Menyusun narasi atau kasus yang mengarah pada siswa untuk dapat berpendapat,
memutuskan, mempertimbangkan, memprediksi, atau hasil nyata yang lain. Jika
memungkinkan, kelompok diminta berkonsensus dengan keputusan yang dikehendaki.
-
Melaksanakan diskusi. Guru memberikan beberapa pertanyaan tertulis untuk
menuntun diskusi kelompok. Memberikan perhatian penuh pada urutan pertanyaan.
Pertanyaan awal bisa meminta siswa untuk mengamati tentang fakta dan kasus.
Pertanyaan selanjutnya bisa meminta untuk membandingkan, membedakan, dan
menganalisa pengamatan atau menduga. Pertanyaan akhir dapat meminta siswa untuk
mengambil sikap atau posisi tehadap permasalahan atau kasus. Tujuan dari
pertanyaan adalah untuk merangsang, menuntun atau mendorong siswa untuk
mengobservasi dan menganalisis. Pertanyaan diusahakan tidak memunculkan jawaban
ya atau tidak.
-
Tanya jawab dan diskusi untuk membandingkan respon tiap kelompok. Membantu
pemahaman dan interpretasi seluruh kelompok dalam mengimplikasi solusi.
-
Mempersilakan kelompok bekerja tanpa
campur tangan guru.
1.
Tahap 1. Menyikapi kasus: menganalisa
kasus:
-
Memberikan kasus
-
Mencari isu potensial
-
Mengidentifikasi tema pokok
-
Membuat pertanyaan spesifik melalui apa
yang ingin diketahui atau dibutuhkan untuk menganalisa apa yang akan atau ingin
diketahui
2.
Tahap 2. Pemecahan
masalah:menginvestigasi pertanyaan:
-
Memperoleh referensi tambahan
-
Menentukan permasalahan dengan berbagi
pandangan dan kepedulian
-
Mendesain dan melakukan investigasi
secara ilmiah
3.
Tahap 3. Mempengaruhi sesama anggota
kelompok: mendukung metode dan alasannya.
-
Menghasilkan materi untuk mendukung
pemahaman atas kesimpulan yang diambil
Beberapa jenis pertanyaan yang dapat
dibuat guru dalam menuntun siswa mempelajari kasus, antara lain:
-
Bagaimana dengan kasus ini – atau apa
yang sesungguhnya kamu ketahui dari bacaan kasus ini ? (untuk membedakan antara
fakta dan asumsi)
-
Isu-isu atau kasus-kasus apa saja yang
ada? (kesempatan untuk menghubungkan dengan teori dalam bacaan)
-
Pertanyaan apa yang anda miliki – atau
informasi apa yang masih anda perlukan? Dimana atau bagaimana anda
mendapatkannya?
-
Kasus apa yang perlu dipecahkan?
(kesempatan untuk berdiskusi tentang komunikasi dengan konflik, asumsi, dan
argument).
-
Apa semua menjadi pilihan yang mungkin? Pro
atau kontra apa dari pilihan itu?
-
Asumsi apa yang mendasari yang ada di
kasus itu – dimana kamu menemukan itu?
-
Kriteria apa yang anda gunakan saat
memilih opsi? Itu berarti apa bagi asumsimu?
-
3.2.Teknik Penilaian dan Evaluasi
Teknik
penilaian dan evaluasi model pembelajaran berbasis kasus adalah menilai
pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil pekerjaan mereka dan
penilaian kinerja menggunakan lembar observasi.
Atau dapat juga dengan lembar penilaian berikut:
Tabel 1. Lembar Penilaian
No
|
Jenis
|
Skor
maksimal
|
1
|
Partisipasi
dan kontribusi kerja dalam kelompok
|
15
|
2
|
Mengidentifikasi
kasus
|
10
|
3
|
Mengembangkan
pertanyaan dan investigasi
|
15
|
4
|
Menggunakan
sumber yang relevan
|
10
|
5
|
Memproduksi
hasil
|
20
|
6
|
Presentasi
|
30
|
Jumlah
|
100
|
3.3.Kekurangan Pembelajaran berbasis kasus
Kekurangan
pembelajaran berbasis kasus antara lain: dibutuhkan waktu yang cukup banyak
untuk mendesain dan mengembangkan kasus yang berkualitas, khususnya kasus yang
berkaitan dengan teknologi dan multimedia. Yang lain adalah, perlu untuk
mengumpulkan dan memberikan kepada siswa sumber-sumber yang cukup untuk
memahami kasus yang dipelajari, serta mengingat pembelajaran model ini termasuk
tingkat tinggi, maka bila digunakan perlu mempertimbangkan bobot kasusnya.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari
pembahasan pembelajaran berbasis kasus dapat disimpulkan:
1. Pembelajaran
berbasis kasus merupakan pembelajaran dengan paradigma baru karena memiliki
ciri berpusat pada siswa (student center), kontekstual, dan partisipatori.
2. Pembelajaran
berbasis kasus dapat sebagai inovasi pembelajaran karena dapat membuat suasana
pembelajaran lebih menarik dan siswa membangun pengetahuannya sendiri
(konstruktivisme) melalui kasus yang dipelajari.
3. Pembelajaran
berbasis kasus dapat diterapkan pada beberapa mata pelajaran dengan
menyesuaikan kompetensi dasarnya.
2.
Saran
Saran yang dapat diberikan dari
penulisan ini adalah:
1.
Model pembelajaran berbasis kasus perlu pengembangan
dan kreatifitas yang terus-menerus dalam penggunaannya.
2.
Perlu dikembangkan dalam pembuatan kasus
agar lebih bervariatif dan menarik dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Boeree,
George C. 2010. Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogayakarta: Ar-ruzz Media
Harsanto,
Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius Uno, Hamzah
B. 2007. Model Pembelajaran, Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hill,
Winfred S. 2011. Teori-teori Pembelajaran, Konsepsi, Komparasi dan Signifikasi.
Bandung: Nusa Media
Isjoni
dan Ismail. 2008. Model-model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Joyce
dan Weil. 2011. Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kolodner dan Guzdial. http://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=
FOL0vyo Dq5QC&oi=fnd&pg=PA215&dq=oliver+-+case+based+
learning&ots =A Upg1w JCtc &sig= AMvX4oMRgj0op43mkeqci1679nM#v=
onepage&q= oliver%20-% 20case% 20based%20 learning&f=true,
diunduh 29 Juli 2011
Trianto.
2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher
…….....….http://jte.sagepub.com/content/58/3/245.short
d
Lampiran 1.
Lembar
Analisa Kasus
Mengidentifikasi
satu pertanyaan atau isu dari daftar butuh untuk tahu yang akan dieksplor oleh
kelompok.
3.
Memperoleh
referensi atau sumber tambahan untuk membantu menjawab atau menggali
pertanyaan. Termasuk sumber bahan cetak, artikel, data, peta, atau interviu,
dll.
Daftar 4 sumber yang berbeda yangdapat
digunakan:
4.
Mendesain
dan menggunakan investigasi ilmiah yang relevan dengan pertanyaan. Investigasi
dapat di laboratorium, lapangan, atau pengalaman yang dibuat guru untuk seluruh
kelas. Menjelaskan tujuannya.
5.
Menghasilkan
materi yang mendukung pemahaman atas kesimpulan. Produk ini dapat dibuat dalam
bentuk paper atau laporan ilmiah, poster, video, pamphlet, laporan konsultasi,
bermain peran,wawancara, dll.
Jenis produk apa yang dihasilkan sebagai
hasil dari investigasi terhadap identifikasi pertanyaan?